"Hotel Takuru Beach merupakan salah satu tempat dimana Nostrade terdaftar kan?"
"Ya, tapi saat Shalnark mengecek situsnya lagi, dikatakan kalau mereka telah check out"
"Mereka check in lagi di hotel yang sama dengan nama yang berbeda" Ucap kuroro, "Mereka orang-orang yang pintar"
Mereka terus bergegas, tanpa curiga kalau seseorang mengawasi dari kejauhan, Senritsu, dengan telinganya yang super tajam.
"Suara hujan yang deras benar-benar mengganggu, tapi ...
Aku masih bisa mendengar ada yang datang dari daerah itu" Ucapnya ke Killua, yang kini telah berada di sebelahnya.
"Dari suara langkah kakinya, aku tebak jumlah mereka sekitar lima atau enam orang, dan setidaknya terdapat seorang wanita" Jelasnya, sementara Killua juga mencoba fokus mendengar, namun tak mendapat apa-apa, "..."
"Lalu, mereka bergerak ke arah yang berlawanan dari kita" jelasnya lagi.
"Wow!" Ucap kagum Killua, "Gon dan aku sudah banyak berlatih, tapi aku masih belum bisa mendengar apapun"
"Itu karena mendengar adalah spesialisasiku" Ucap Senritsu. Dan lalu mereka bergerak mengikuti orang-orang itu, dan tentunya sambil menjaga jarak, sangat jauh.
"Kurapika pasti benar-benar berada dalam posisi yang sulit, sampai-sampai mengandalkanmu" Ucap Senritsu.
"Eh?"
"Biasanya dia melakukan segala sesuatunya sendiri kan?"
"Ah, iya, kau benar" Sahut Killua, sambil terus bergerak mengikuti langkah Genei Ryodan dari kejauhan.
"Kau seorang pembunuh kan?" Senritsu bertanya.
"Eh? Tepatnya mantan, bagaimana kau bisa tahu?"
"Suara langkah kakimu, meski aku berada di dekatmu, suara mereka Estinto ..." Dalam musik, istilah Estinto berarti halus sehalus mungkin.
"Ah, ini adalah kebiasaan yang tak bisa aku hilangkan, melangkah dengan tenang" Ucap Killua.
"Kau adalah orang paling tenang yang pernah aku temui, kau memiliki kemampuan. Aku bisa melihat kenapa Kurapika mengandalkanmu"
"Huh, aku tak begitu menyukai itu, tapi ..."
"Benarkah begitu? Berhenti!" Mendadak Senritsu menghentikan langkah Killua.
"Mereka kesana, 100 meter dari sini, di akhir dari jalan ini" Jelas Senritsu sambil menunjuk ke jalan yang dimaksud.
"Kau bisa mendengarnya di tengah keramaian seperti ini??" Killua benar-benar tak habis pikir, pendengaran Senritsu terlalu tajam baginya.
"Tiap orang memiliki irama langkah masing-masing, perbedaan yang kadang sangat kecil" Jelas Senritsu.
"Luar biasa" Ucap Killua dalam hati, "Dengan menjaga jarak sejauh ini antara kami dan mereka, tanpa zetsupun mereka tak akan mengetahui kami"
"Tunggu disana sebentar ya" Killua memanjat salah satu gedung, "Aku akan melihat target kita dari atas"
Killua mengamati para Ryodan dari atas gedung itu, dari jarak yang sangat jauh, namun Killua masih mampu melihat mereka berenam dengan cukup jelas. Lalu, iapun menghubungi Gon, yang berada satu mobil dengan Kurapika ...
"Killua?"
"Ya! Seseorang yang kita cari ada disini!" Ucap Killua.
"!?"
"Dan perempuan itu tidak sendiri, jumlah mereka berenam, dan si lelaki berjenggot juga ada disana"
"..." Gon menelan ludah.
"Juga ada seseorang yang sebelumnya tidak kita lihat ...
Dan aku rasa, ialah ketua yang dimaksud" Ucap Killua.
"Seperti apa penampilannya?"
"Dia memakai jubah hitam, dengan lambang salib terbalik di punggungnya" Meski jarak antara mereka ratusan meter, mata Killua cukup teliti. "Rambutnya berwarna hitam, dan aku tak bisa melihat wajahnya, hanya bagian belakang tubuhnya. Dan, mereka terlihat sempurna. Tak ada yang bertindak gegabah, pertahanan mereka benar-benar tampak mutlak. Selama mereka masih bersama, kita tak akan punya kesempatan" Jelas Killua.
"Berikan teleponnya padaku" Pinta Kurapika dan lalu bertanya lewat ponsel itu, "Dimana kau sekarang?"
"Di depan gedung Motoba, dan mengarah ke arah barat" Jelas Killua.
"Hmm" Kurapika melihat peta, "Mereka pasti menuju Stasiun, bisakah kalian masuk ke satu kereta dengan mereka?"
"Aku tak begitu yakin. Tapi dengan sedikit keberuntungan, kami bisa berbaur dengan kumpulan orang" Ucap Killua dan akhirnya bersama dengan Senritsu mengikuti apa yang Kurapika perintahkan.
"Leorio, ke selatan!"
"Ok!" Leorio memutar mobilnya.
"Senritsu berada di gerbong yang sama dengan mereka, sementara aku tetap menjaga jarakku, kami sedang dalam perjalanan menuju stasiun Kastour" Jelas Killua.
"Mereka naik kereta yang sama ..."
"Saat kami ditangkap, mereka menggunakan mobil" Ucap Gon.
"Mungkin mereka tak mau terjebak kemacetan" Ucap Leorio.
"Stasiun Kastour ... Mereka menuju pusat kota" Kurapika mengamat peta yang ia bawa.
"Arah pelelangan memang kesana kan?"
"Arah yang sama dengan hotel kami" Ucap Kurapika.
Genei Ryodan turun dari kereta, "Ya, di stasiun Ripa, dan sekarang mereka menuju Saloma Departement Store" Lapor Killua.
"Cih, aku tak suka ini, disana adalah jalan menuju hotel kami berada" Kurapika menutup teleponnya dan lalu menghubungi Scuwala.
"Hallo? Ah, Kurapika, ada apa?" Scuwala bertanya. Lalu, Kurapikapun menjelaskan semuanya.
"Apa!!? Mereka tahu kalau kita hanya bertukar ruangan!!?" Buru-buru Scuwala bergegas untuk meninggalkan tempat itu, "Aku harus pergi secepat mungkin, tak ada waktu untuk berkemas, tasnya aku tinggalkan disini saja. Dan, hanya ini yang perlu aku bawa" Scuwala melihat ke arah mata scarlet yang sesungguhnya hanya salinan itu, tanpa tahu kalau justru itulah hal yang mengakibatkan Genei Ryodan bisa melacak mereka.
"Kita sudah berada di depan stasiun. Tapi, tidakkah kau berpikir kalau kita harus menunggu sebentar lagi?"
"Tidak perlu, mereka mungkin bisa merasakan kehadiran kita" Kurapika bersiap untuk keluar dari mobil.
"Gon, dari sini sampai stasiun itu, itulah batas dari perimeterku ...
Dalam jarak ini, aku bisa menyerang mereka tanpa mereka menyadarinya ...
Dari sini, aku bisa mencapai mereka dalam setengah detik. Dan dengan kemampuan mereka, sepertinya memang hanya segitu waktu yang bisa kita dapat. Kecuali, mereka kebingungan" Ucap Kurapika. Sementara di kejauhan, para Ryodan telah terlihat ...
0 Response to "Cerita Hunter x Hunter Chapter 110"
Posting Komentar