Malam yang di tunggu akhirnya datang juga, mala mini aku sengaja untuk tidak makan dulu. Aku ingin terlihat rapi didepan hanna malam ini aku memakai kemeja lengan pendek kotak-kotak warna biru putih dengan semprotan parfum wangi andalan ku. Aku kemudian berlari menuju tangga.
“dim mau kemana kamu nak ? ngak makan dulu ?” mama yang sedang menonton tv bertanya padaku.
“ngak ma, mau makan diluar aja nanti. Dimas ada janji sama teman dimas ijin keluar ya pa, ma”
“oke deh anak papi yang udah besar, tidak biasanya kamu mau keluar rumah” bapak angkat bicara.
“biasa deh pa anak muda, mau hang out dulu sebelum ujian” jawabku sambil memainkan alis.
“oke deh, tapi jangan pulangnya kemalaman ya dim”
“Iya deh ma pergi dulu pap, mam..”
Dengan semangat aku menstarter motor matic milik ku tidak lupa bawa helm dan langsung caw ke rumah hanna. Kira-kira 25 menitan aku menempuh jalan menuju rumah hanna, aku jadi binggung kenapa ia ingin mengajak ku untuk jalan malam ini. Setelah sampai di depan rumah ternyata hanna sudah menunggu di depan rumah. Cocok sekali dari kejauhan ku pandang ia sudah memakai dress selutut bermotifkan bunga berwarna biru dengan pita jingga di rambut. Aku lihat ia mengalungkan kamera di lehernya.
“udah lama nunggunya ?”
“Ngak baru aja keluar, tepat waktu banget”
“kita mau kemana nih ?”
“kemana aja deh terserah kamu”
“Oke deh ayo naik, aku ada satu tempat yang udah lama ngak aku kunjungi” aku siap-siap menstarter motor.
“Oke ayo lets go” hanna terlihat senang sekali mala mini terlihat dari senyum manisnya yang nambah 10x lipat dari biasanya.
Saat berboncengan hanna berpegangan dengan ku, tak ku sangka akan semudah ini mendekati dia, aku kemudian menanyakan kenapa ia ingin pergi dengan ku malam ini.
“han.. ada apa kok kamu ngajak aku jalan-jalan”
“ohhh… jadi kamu belum ngerti ? ini hukuman buat kamu karena udah jadiin kita sebagai bahan gosipan di sekolah”
“tapi kalau jalan gini kan jadi lebih membuat gossip itu semakin banyak di benarkan ?”
“yah… gak apa-apa kok, malah aku ingin nunjukin yang lebih dari gossip itu”
“ya udah lah terserah kamu aja deh, aku sih fine aja kalau kamu merasa ngak terganggu sama gossip itu”
Kira-kira 10 menit akhirnya kami sampai di tempat tujuan, pasar malam yang menjadi tempat favorit ku kala smp dulu, aku sudah jarang untuk perg ke sini. Hanna sanggat bersemangat sekali ia sampai menarik-narik tanggan ku.
“dim ayo dim.. kita coba biang lalanya”
“ayo…!!’ jawabku dengan semangat.
Malam itu kami sungguh bersenang senang, kami tertawa bersama diatas biang lala sambil menikmati indahnya pemandangan di kota Pontianak dengan berbagai cahaya gemerlapnya.
Kami membeli sebuah kembang api dan kami berlari-lari di lapangan yang ada di samping pasar malam. Malam ini tidak ingin kami sia-siakan, kami berfoto dengan kamera yang dibawa oleh hanna. Ia memeluk ku ketika berfoto, aku tak bisa berkata apa-apa saat itu. Setelah berfoto hanna menunjukan suatu permainan kira-kira 15 m dari tempat kami berpijak.
“dim, lihat deh ada lempar bola tuh.. kita coba yuk. Siapa tau dapat boneka”
“ayo.. tapi gak janji lo kalau bisa dapatin bonekanya”
“iya gak papa kok, santai aja”
Kami kemudian mencoba permainan tersebut kami di tantang untuk memasukan bola dalam beberapa lubang yang didalamnya ada nomor hadiah yang akan dibawa pulang.
Setelah beberapa kali mencoba tapi aku tidak berhasil juga, namun kami masih mempunyai sebuah bola terakhir. Semoga saja bola terakhir dapat masuk dan aku berharap kalau kali ini bola ini bisa masuk dan mendapatkan boneka yang diinginkan.
“kali ini kamu yang coba, mungkin saja kamu punya keberuntungan”
“oke deh, semoga saja bisa masuk” kemudian hanna menutup matanya dancoba focus ke sebuah lubang, dan ia melemparnya. Plok bola di lemparkan dan ternyata hanna tidak beruntung bola tidak bisa masuk kedalam lubang.
“hahahaa.. ngak masuk dim” hanna menoleh kearah ku sambil tertawa.
“mungkin bukan keberuntungan kita han, ayo kita pulang”
“Eh tunggu dulu, itu itu..” hanna menghentikan ku dan menunjuk kearah suatu benda. Ternyata ia melihat sebuah bola milik pemain lain terjatuh. Aku kemudian mengambilnya. Dan untuk kesekian kalinya aku mencoba untuk memasukan bola ini. Belum sempat melempar bola hanna memegang tanggan ku.
“kita lempar sama-sama, keberuntungan pasti dipihak kita” ajak hanna dengan wajah optimis.
Kemudian kami memilih sebuah lubang untuk di masukan bola tersebut, aku merasa gugup ketika berpegangan tanggan dengan hanna.
“ih.. dim fokus dong, biasa aja gak pake getar-getar gitu”
“iii..iiya han.” Setelah itu aku menarik nafas dalam dalam dan coba fokus ternyata plok. Setelah di lempar, bola tersebut masuk kesalah satu lubang karena terpantul.
“yey.. kita berhasil dim, kamu hebat deh”
“kamu tu yang hebat, kita dapat apa ya ?”
Kemudian abang penjaga memasukan tangan dan mengambil sebuah nomor dan ternyata kami mendapatkan sebuah gelang cantik berwarna jingga. (bersambung)
0 Response to "Gelang jingga : chapter 6 pasar malam"
Posting Komentar